Duh lekuk tubuhnya . . .

Sebut aja namaku Dimas, aku saat ini berusia 20 tahun dan kuliah di salah satu PTN ternama di Sby. Walaupun sekarang di saat aku menulis ceritaku ini, aku sudah kembali ke jalan yang benar, aku ingin berbagi cerita nyata pengalamanku dulu ketika aku masih menjadi seorang bisexual dan tertarik terhadap sesama jenis.

Aku mempunyai seorang sahabat sejak SMP, panggil aja dia dengan nama Rio. Kita berdua begitu dekat seperti layaknya saudara. Kita sering curhat satu sama lain.walaupun kita sama-sama jantan dan normal tapi entah mengapa diantara kita timbul adanya suasana saling memiliki yang begitu dalam. Kala itu aku mempunyai cewek dan aku ada masalah dengan cewekku itu, lalu aku curhat dengannya dan selalu dia bisa memberikan solusi terbaik buatku dan aku masih dapat berpacaran dengan cewekku itu.

Pada suatu ketika aku bertanya kepadanya, "selama ini aku lihat, kamu kok belum punya pacar seh?"
"Males ah..", dia menjawab sekenanya. "nagapain juga males, kan kamu bisa punya seseorang terdekat yang kamu sayangi, keibuan dan bisa perhatian serta ngasih support ke kamu?", tanyaku. "Ah, percuma! Mana mau cewek sama aku?", katanya merendah. "alah, kamu gak usah sok merendah gitulah..!", selaku. Kuakui, dia emang orangnya cuek.

Namun, dibalik sikapnya yang cuek, terpendam sebuah aura yang begitu mempesona.Dengan postur tubuh 178 cm dan berat 65 kg, dia terlihat begitu sexy. Kulitnya yang sawo matang, dadanya yang bidangdan perutnya yang rata, membuat dirinya terlihat begitu mempesona dan menggairahkan bagi cewek yang melihatnya. Aku yakin gak ada cewek yang gak suka ama dia, mungkin dianya aja yang gak mau terikat dengan suatu hubungan yang disebut dengan pacaran. Dia selalu mementingkan diri sendiri selama ini. Dia selalu larut dalam hobinya main basket dan sepakbola yang sama seperti aku, namun aku tidak sebegitu gila dengan olahraga itu. Mungkin karena hobinya itulah yang membuat dia memiliki tubuh yang aduhai..

Pada suatu ketika, dia minta ijin aku untuk tidur di rumahku. "Mas, ntar aku tidur di rumahmu aja ya?", pintanya. "Ngapain juga kamu minta ijin segala?, kamu kan biasanya tidur sini?" jawabku di telepon. "ah, kamu gak usah sok sopan gitulah, biasa aja napa?", jawabku. "ya iya, tapi aku lagi butuh kamu nih?", katanya. "Butuh apaan?, kamu ada , masalah?", tanyaku. "Udahlah, ceritanya panjang, ntar aku ceritain aja kalo aku sampe di rumahmu, thanx yah..?", dia langsung menutup teleponnya.

Jam, menunjukkan pukul 20.05, terdengar suara bel rumahku berbunyi, kuintip dari sela jendela dan tampaknya dia sudah datang. Dengan membawa tas yang menggantung di punggungnya, dia menungguku untuk membukakan pagar. Langsung aja aku bukakan pagar dan mempersilahkan dia masuk. Kulihat raut wajahnya berbeda daripada hari-hari biasanya, "kenapa kamu?", tanyaku memulai pembicaraan. "Gak pa-pa tuh?", sahutnya. "udahlah kamu gak usah nutupin, dari mukamu aja udah kelihatan kalo kamu lagi ada masalah..", lanjutku. "Mending kita ngobrolnya di kamarmu aja yah?, gak enak kalo ada yang denger..", pintanya. Lalu aku dan dia bergegas menuju kamarku. Maklum waktu itu kedua orang tuaku lagi ke luar kota, karena ada sodara yang sakit, jadi di rumah ini hanya ada adikku dan pembantu.
"Kemana orang tuamu?, kok sepi?", tanyanya. "Lagi ke Malang, ada sodara papa yang sakit", jawabku.

Di kamarku dia langsung rebahan di kasurku yang cukup besar. Dalam hati aku bertanya kenapa orang tuaku ngasih tempat tidur segini gede? Dari sorot matanya, kulihat dia memendam sebuah masalah yang berat. "Ada apa Io, kamu keliatannya kok ada masalah gitu?, mungkin aku bisa bantu?", tanyaku.

Akhirnya dia cerita panjang lebar berkeluh kesah kepadaku bahwa orang tuanya baru saja bertengkar. Ayahnya selingkuh dan selingkuhannya telah hamil. Ibunya jelas tidak terima dan minta cerai. Apalagi selama ini, ayahnya tidak memberikan nafkah yang rutin, walau aku tahu bahwa di keluarganya termasuk keluarga yang mapan, bahkan jauh berkecukupan. Dia cerita bahwa, ayahnya baru saja terlibat cekcok dengan ibunya. Ayahnya menampar dan memukul serta menendang ibunya di depan dia dan adik-adiknya.

Kulihat ketika dia bercerita, matanya tampak berkaca-kaca. Akhirnya, sosok yang aku lihat selama ini begitu jantan dan berwibawa, bisa juga larut dalam kesedihan dengan mengalirnya air mata di pipinya yang cekung dan rahangnya yang kokoh. Dia menangis, dia tidak menyangka bahwa ayahnya selama ini yang begitu dihormati dan ia segani, tega menganiaya ibunya di depannya dan adik-adiknya. Kulihat dia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah botol minuman keras impor. "Apa-apaan ini?, sejak kapan kamu coba-coba minum gituan Io?", tanyaku. Padahal selama ini, aku lihat dia begitu bersih dari yang namanya rokok apalagi miras.

Dia cerita sejak, masalah keluarganya timbul, dia mulai coba-coba miras dan akhirnya ketagihan sampe sekarang. "Kamu mau?", tawarnya. "yah, rejeki kok ditolak?", jawabku. Emang dibanding dia, aku lebih sering minum dan ngerokok. Pikirku, karena udah lama gak dugem ama temen-temen, mending dugem aja di rumah sendiri. Apalagi ortuku kan lagi pergi.

Akhirnya aku ikut juga menikmati miras yang dibawanya. Setengah jam kemudian, kepalaku terasa berat. Aku mabuk dan dia juga terlihat sama seperti aku. "Sexy banget se kamu, Mas..", katanya. Memang dengan posturku yang 179 cm dan 67 kg, bodiku terlihat sexy, Walau kulitku tidak secoklat dia, kulitku lebih putih memang dan berotot walau tidak kekar-kekar amat. Ini karena aku rajin berenang dan fitnes di deket rumahku. Gak tau, kenapa tiba-tiba hawa di kamarku begitu gerah, langsung aja aku buka kaosku dan kini tinggallah aku dengan celana pendek tanpa CD. "Gak kebiasaan pake CD, yah?", tanyanya. "Emang..!", jawabku dalam kondisi mabuk. Kulihat dia juga merasa panas, padahal semua jendela kamar sudah terbuka dan angin semilir menerobos masuk, tapi tetap aja panas dan gerah meliputi kamarku ini.

Aku rebahan di sampingnya, kulihat dia berdiri mulai melucuti kaosnya yang berwarna hijau dengan motif mobil VW di tengahnya, lalu dia masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku. Selagi dia ke kamar mandi, ada rasa kantuk yg menyerang. Aku akhirnya bergeser lebih ke pinggir dan menghadap tembok. Ketika aku terbuai dengan rasa kantukku, sayup-sayup terdengar deritan pintu kamar mandiku terbuka. Aku tidak memerdulikannya. Lama-lama aku penasaran juga, ngapain tuh anak di kamar mandi lama banget. Langsung, aku membalikkan badanku dan terlihat seonggok tubuh kekar yang ramping namun begitu padat berisi dengan kulit sawo matang dan hanya mengenakan CD, Rio begitu sexy dan eksotik.

Tak sadar, akhirnya kontolku mulai menegang, Kulihat ada batang yang begitu besar menyembul dari CDnya. Rupanya dia terangsang juga melihat keatletisan tubuhku. Lama juga kita terpaku saling berpandangan. Sorotnya begitu tajam, melihatku dari ujung kaki sampai ujung rambut, seolah-olah harimau yang siap menerkam mangsanya.
Tiba-tiba dia langsung rebahan di sampingku dengan hanya menggunakan CDnya. Wajah kita saling berhadapan dan bibirku dan bibirnya hanya tinggal satu jengkal lagi untuk menempel. Karena udah saking ngantuknya, kupejamkan mataku tak memerdulikannya. 5 menit kemudian, kurasakan ada ciuman hangat yang selama ini belum pernah aku rasakan sebelumnya di bibirku.

Ketika kubuka mataku, kulihat dia begitu bergairah melumat bibirku, lidahnya bermain-main di dalam rongga mulutku. Entah mengapa aku begitu terbuai dengan kenikmatan ini. Tak kusia-siakan kesempatan ini, kubalas lumatannya dan aku peluk tubuhnya. Lidahku mulai bergerilya, ke lehernya, kupingnya, semakin lama, makin turun dan kujilat puting susunya yang coklat.
"Oooaahh.. hmm.. ouhh.. sshh.. sshh.. aahh", terdengar erangannya membuatku semakin terangsang. Kontolku yang sudah menegang sejak tadi, akhirnya mengeluarkan precum yang lumayan banyak. Sampailah lidahku ke tempat sensitifnya, kujilat garis pinggul di bawah perutnya dan dia begitu menggelinjang dan mengerang-erang keenakan.

Dia menjambak rambutku, "ayoo, Maass.. hisap kontolku.., aku uddaahh ggak tahaann..". Tanpa dikomando langsung aja kupelorot CDnya sampai lepas semua. Dan kulihat pemandangan yang selama ini hanya kulihat pada diriku. Kontolnya begitu besar dengan panjang kira-kira 23 cm dan diameter 4 cm, terlihat basah juga dengan precum yang keluar sama banyak dengan milikku. Begitu mengkilat terkena sorot lampu kamar dengan urat-urantnya yang tampak jelas, langsung aja kulumat habis sampai mulutku tak cukup karena ukurannya yang begitu besar. "aahh.. eehhmm.. aahh.. oohh, Maass, kammu begitu pandai", erangnya sambil terus menjambak rambutku. Aku lumat terus kontolnya dan dia begitu kegelian. "oohh.., Maass.., akhirnya dapat kurasakan hangat mulutmu..", gerangnya. Kujilat juga dan kusedot-sedot buah zakar alias testisnya kanan dan kiri. Kubuka pahanya lebar-lebar dan kujilat juga anusnya dengan buas, kumasukkan lidahku ke dalam anusnya. "oohh, Mass..enaakk.. banggeett..", celotehnya.

Rupanya dia juga ingin mencicipi tubuhku, dalam sekejap dia sudah nerdirri tegak di hadapanku. Kulihat napasnya tersengal-sengal, tak beraturan. Dia, telanjang bulat..!!
Dalam hati aku berkata, "Duh..lekuknya..!!, indah sekali.., begitu eksotik dan menggairahkan", matapi kemudian dia bergumam, "Sori, maafkan aku Mas. Aku telah berbuat yang semestinya tidak kita lakukan sebagai cowok normal..". "Sudahlah, aku juga menikmatinya, kok.., aku kan juga pengen ngerasain tubuh seorang cowok, lagipula cewekku akhir-akhir ini dingin sama aku..", jawabku. "Tapi, kamu gak apa-apa kan, Mas..??", tanyanya.

Tanpa banyak basa-basi, kulepas CD yang masih menempel, dan akhirnya kita berdua sama-sama telanjang bulat bagaikan bayi yang terlahir kembali. Dia tersenyum manis begitu mempesona. Gantian dia sekarang menindihku, mencumbuku, merengkuhku dengan dekapannya yang hangat. Bibirku dilumatnya lagi habis-habisan, deru nafasnya dengan aroma alcohol yang masih tersisa, semakin membuat aku terlena dalam buaiannya. Rupanya ilmuku bercumbu mulai dia terapkan di tubuhku. Setelah dia menggelinjang kegelian, dia merasa gak enak kalo gak buat aku menggelora juga dalam lautan nafsu birahi ini, pikirnya.

Aku hanya bisa berdesah, dalam hati aku berpikir bahwa belum pernah aku dicumbu seperti ini, dijilat, dimanja seperti ini. "AAhh.. eehhmm..", gumamku. Tubuhku menggelepar tatkala ia memainkan lidahnya di lubang telingaku, lalu turun ke leher kanan dan kiri. Kepalaku terombang-ambing ke kiri kanan menikmati kegelian ini. Nafasnya terdengar terengah-engah sampai-sampai tak ada satu jengkalpun dari bagian tubuh atasku yang tak luput dari jilatan mautnya. Ternyata dia begitu lihai, membuatku larut dalam permainan ini. Kurasakan lidahnya sudah sampai di bagian yang bagiku merupakan titik lemahku, yaitu di garis pinggul di bawah perut.

"Aaahh.., oohh..Rioo..!!, aku berteriak sejadi-jadinya merasakan geli yang amat sangat. Lama juga dia memainkan lidahnya di bagian tubuhku itu. Batang kontolku yang dari tadi sudah menegang, dipegangnya, dikocok-kocoknya. Batang kontolku yang hampir seukurannya, dia mainkan dan tiba-tiba kurasakan dia mulai melahap kontolku, maju mundur, naik turun mulutnya mengulum benda pusakaku ini. Terdengar suara basah dan becek atas gesekan mulutnya dengan kontolku. "aahh..Rio..kamu pintaarr seekkaalii..!!", pekikku. Mendengar eranganku ini, dia semakin buas.

Tapi, tiba-tiba kudorong kepalanya, "Puaskan aku Rio, bikin aku bahagia malam ini.Aku ingin benar-benar mencicipi tubuhmu yang indah.", kataku. "Jangan..!!gak..!!", tolaknya. "Udahlah sayang, please..", pintaku. Luluh juga akhirnya, dia merelakan tubuhnya yang masih perawan untuk aku nodai. Kubimbing ia untuk tidur terlentang, sepertinya dia sudah pasrah. Kubuka pahanya lebar-lebar, kubasahi kontolku dengan air liurku, pelan-pelan kutempelkan di duburnya dan dengan sedikit tenaga, akhirnya, blless..baru seperempat kontolku masuk di duburnya, dia berteriak kesakitan. "Jangaann, Mass..!!, Tega sekali kamu..!!"."Ayolah, sayang..nikmati aja..lama-lama akan terasa enak", rayuku.

Lima menit kemudian, desahannya mulai berubah. Dari yang tadinya terdengar kesakitan, kini terdengar dia begitu menikmati sodokanku. Saking sempitnya lubangnya, aku hanya bisa merem melek menahan nikmat yang ternyata tak beda jauh dengan lubang milik cewekku. Kontolku maju mundur, clleep.. cclleepp.. clleepepp..terdengar suara becek gesekan kontolku di duburnya.."Ooohh, Maass..nikmat sekalii..", rintihnya.

"Teruuss, Maass..lebih daleemm..", pintanya. Kutarik, keluar kontolku dan langsung kuhunjamkan keras-keras ke duburnya seiring teriakannya menahan sakit sambil meringis. Dipegangnya pantatku yang padat dan ditariknya, dimaju mundurkannya sehingga kini kontolku yang 23 cm dengan urat-urat yang juga menghias, dapat terbenam masuk semua ke duburnya."Ioo.., aku mau keluar..", kataku. Rupanya dia tidak menghiraukan, 7 menit kemudian tiba-tiba kurasakan seluruh tubuhku bergetar, sendi-sendiku terasa lepas, sukmaku terasa lepas melayang ke langit ketujuh, dan akhirnya crroott..croott..crroott air spermaku keluar di dalam duburnya, langsung kucabut keluar dan kusisakan sedikit di luar."aahh..oohh..", pekikku.

Kucium lembut bibirnya, pipinya lehernya. Terlihat matanya begitu hangat dengan sorotnya sambil tersenyum, dia membalas pagutanku. Dia mengelus rambutku, merangkul pundakku. Kutindih badannya, kita saling berpelukan seolah jiwa kita menyatu.

"Makasih ya Io, kamu telah memberikan kesan mendalam bagiku", kataku. "Sama-sama..", kamu juga telah mengurangi perasaan sedihku malam ini. Tak adil rasanya kalau tidak kupuaskan juga dirinya. Kontolnya yang masih ngaceng, langsung aku raih, aku kocok-kocok dan aku lumat dengan mulutku. Saking begitu besarnya dan aku paksakan masuk semua, terkadang terasa aku mau muntah, untungnya masih bisa kutahan. 10 menit kemudian, "oohhmm.. eehhmm.. aahh.. yyeeaahh, Maass.. terruuss", akkuu maauu keluuaarr..", rintihnya menahan nikmat. Semakin liar aku melumat kontolnya yang lama-lama makin mengeras dan aahh.. oohh.. dia berteriak diiringi cairan spermanya yang begitu banyak di mulutku. Langsung aja aku telan habis dan masih kulanjutkan lumatanku, kusedot habis spermanya, kujilat hingga bersih seluruh miliknya, Tak lupa, buah zakarnya yang menggantung padat.

Aku berbaring disebelahnya..dan tanpa sadar..kita tertidur. Keesokan paginya dengan keadaan kita yang masih telanjang bulat, dia berkata "Mas, maafkan aku..!!". "tadi malam, aku telah merusak jiwamu.." Sambil menghela napas panjang, aku berkata "Kita impas, kita saling mengotori diri kan ..??, semoga ini menjadi yang pertama dan terakhir bagi kita". "yah, sebaiknya begitu", jawabnya. Dia mengatakan bahwa ketika dia tadi bangun, dia merasa menyesal telah berbuat ini semua dan aku juga merasa aku telah mengkhianati diriku, aku telah menginjak-injak kodratku sebagai laki-laki.

Sejak saat itu, kita berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi. Seminggu lamanya, aku tidak berjumpa dengannya. Tak ada kabar, telepon, bahkan SMS darinya. padahal biasanya tak pernah luput komunikasi antara kita. hari-hari berlalu dan akhirnya aku kedatangan sesosok yang telah akrab denganku. Rio kembali. Dia datang berdua dengan ceweknya. Dia mengenalkan ceweknya yang ternyata sahabat cewekku juga. Aku begitu bahagia, dia telah menemukan cinta sejatinya. Aku sungguh bahagia dan kangen dengan canda tawa bersamanya, gurauanku, makianku terhadapnya yang dulu sering terlontar.

Kudengar ternyata ayahnya sudah menceraikan ibunya, walau mereka masih saling bertemu. Ayahnya lebih memilih hidup dengan kekasih gelapnya, namun ibunya kini menjadi pengusaha katering ternama di Surabaya ini.

Sampai saat ini, aku masih berteman akrab dengannya, walau intensitas kita bertemu tidak sesering dulu karena kita beda kuliah, namun tiap malam minggu kita selalu pergi berempat. aku ama cewekku dan dia dengan ceweknya, kita jalan bareng, nonton bareng, maem bareng main timezone bareng dan playstation bareng. semuanya masih sama seperti yang dulu, namun aku bersyukur. Dia telah menyelamatkan aku dari lembah hitam gay, yang hampir aku terjerumus ke dalamnya. Aku bersyukur telah memiliki seorang sahabat, bahkan lebih dari saudara sekalipun yaitu Rio.

Tamat