Percintaan dengan Tony

Cerita ini sebaiknya aku mulai saat aku mulai masuk ke universitas, oh yah aku belom memperkenalkan diri. Panggil saja aku Yanu, aku anak semester 5 di sebuah universitas farmasi swasta di Semarang. Saat aku mulai masuk kampus ada 1 cowok (panggil saja dia Tony)yang bener-bener masuk kedalam hatiku (maklumlah aku ini kan gay) kalau dibilang cakep sih enggak, cuma kalau dia tersenyum itu loh maniss banget.

Awal ketemunya sih aku cuma seneng-seneng biasa aja, tapi setelah 1 semester kita semakin dekat.. dekat.. And dekat. Aku nggak tahu kedekatan kami itu diartikan apa oleh Tony, yang aku tahu dengan pasti kedekatan kami itu menjadi semacam peluang yang bagus untuk menjadikan Tony pacarku. Tapi yang aku pikirkan ternyata salah, selama ini Tony mendekatiku hanya agar bisa berbicara dengan temenku yang bernama Nining.

Awalnya aku cemburu bila melihat Nining bermesraan dengan Tony tapi aku anggap itu angin lalu karena aku tahu bahwa mereka belum benar-benar pacaran, apalagi aku tahu bahwa Nining sebenarnya sudah mempunyai pacar. Walaupun hanya jalan bertiga bahkan dengan banyak orang aku tetep seneng kok karena ada Tony disampingku, tetapi keadaan itu berubah ketika suatu hari Nining bercerita padaku bahwa kemarin dia baru saja jadian dengan Tony. Aku seperti tersambar petir, sakit.. Sakit sekali. Ingin rasanya aku menangis saat itu tetapi harus bagaimana lagi? Aku tidak mungkin merebut Tony dari Nining sahabatku sendiri, apalagi apakah mungkin Tony bisa mencintaiku seperti dirinya mencintai Nining?

Memang aku akui setelah kejadian itu aku sedikit berubah, aku menjadi tidak bergairah bila ingin pergi ke kampus. Dan aku pun secara tidak langsung mulai memisahkan diri dari mereka, dan sepertinya Tony pun mulai sadar bahwa aku semakin lama semakin jauh meninggalkan mereka. Sampai suatu malam Tony pergi kerumahku untuk menanyakan hal itu.

"Yan, kamu ini kenapa sih? Aku lihat akhir-akhir ini sepertinya kamu menjauhi aku, ada apa sih? Ngomong donk kita ini kan temen" kata Tony.
"Aku nggak Papa kok ton, mungkin perasaanmu kali" sanggahku.
"Yan, jujur donk ada apa sih" pinta Tony lagi.
"Gimana yah ton, aku bener-bener nggak bisa cerita sekarang. Nanti kalau sudah waktu yang tepat aku pasti cerita ke kamu. Ok" jawabku.
"Kamu sudah nggak percaya lagi sama aku" tanya Tony lagi.
"Bukannya nggak percaya, tapi aku bener-bener belum bisa kasih tahu ke kamu sekarang. Ntar suatu saat aku pasti kasih tahu kamu. Ok" jawabku lagi.

Setelah puas dengan jawabanku itu Tonypun segera pulang, maklum rumahnya kan ada di kendal jadi nggak bisa pulang malam-malam. Sebenernya aku menyesal tidak menjawab dengan jujur pertanyaan darinya, tapi apa boleh buat aku merasa belom siap untuk mengatakan bahwa "AKU MENCINTAIMU". Entah mukjizat dari tuhan atau apa, ternyata setelah 3bulan Tony dan Nining resmi putus hubungan. Aku gembira sekali, ada peluang pikirku(he.. he.. he). Setelah mereka berpisah aku merasa dekat sekali dengan Tony, Tony mulai mengajakku lagi ke PRpp,"Dokderan", bahkan dia selama bulan puasa selalu berbuka puasa denganku, ditambah lagi waktu lebaran dia silahturahmi kerumahku dan aku disuruh bersilahturahmi kerumahnya sekalian menginap menemani dia. Saat itu aku benar-benar gembira..

"Ton, emangnya aku nggak papa nih nginap dirumahmu?" tanyaku.
"Nggak papa lagi, santai aja! Kok kamu jadi nervous gitu sih? Napa? Nggak pernah tidur sama cowok ganteng yah? He.. He.. He" ledeknya.
"Huh, emangnya kamu cakep? Nggak aku cuma takut ntar kalau aku tidur sama kamu, ntar ada yang marah" jawabku.
"Marah! Siapa? Orang kamu kan tahu sendiri kalau aku ini sudah nggak ada pacar. Apa kamu mau jadi pacarku?" katanya sambil tersenyum kecil.
"Ach, kamu itu ton ada-ada saja, jangan bercanda ahh" jawabku pula(padahal dalam hatiku aku merasa berbunga-bunga).
"Aku nggak bercanda, serius! Kamu mau nggak" jawabnya lagi.
"Udah ach aku mau tidur capek" jawabku.
"Yah udah, yuk tidur!" jawabnya lagi sembari mulai merebahkan diri ke kasur.

Aku benar-benar kaget dengan perkataan Tony barusan, aku jadi berpikir hal itu sebenarnya sungguhan dari lubuk hati Tony atau hanya main-main saja. Belum sempat aku berpikir panjang lagi aku sudah disapa oleh mimpi-mimpiku alias tidur. Akhirnya pada bulan desember tepatnya pada tanggal 19, aku memberanikan diri untuk bicara padanya.

"Ton, sepertinya sudah saatnya kamu tahu kenapa dulu aku menjauhi kamu dan juga Nining" kataku.
"Kamu udah yakin kalau ini saat yang tepat? Kamu nggak bilang juga nggak Papa, kan sekarang kita sudah baikan lagi" jawabnya.
"Yach, aku rasa ini adalah saat yang tepat untuk memberitahumu kenapa dulu aku menjauhi kalian. Tapi aku minta kamu jangan marah bila nanti perkataanku ada yang menyinggung hati kamu" pintaku.
"Kenapa aku harus marah? Cerita aja!" jawabnya.
"Gini ton, sebenernya waktu itu aku cemburu karena kamu jadian sama Nining. Aku nggak tahu dapet perasaan itu darimana, yang aku tahu sejak dulu aku sudah mencintaimu" kataku.

Dari mimik wajahnya aku tahu bahwa toni sedikit kaget, tapi dia tetap diam terpaku.

"Dan sampai sekarang aku masih mencintaimu, aku berani ngomong seperti ini karena aku nggak mau kehilangan kamu seperti waktu kamu diambil oleh Nining. Oleh karena itu kamu mau nggak jadi pacarku ton?" kataku.

Setelah terdiam beberapa lama akhirnya Tony pun mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.

"Yan, aku juga cinta dan sayang sama kamu. Tapi cinta dan sayangku itu hanya seperti seorang kakak mencintai adiknya sendiri, kamu bisa mengertikan maksudku?" jawabnya.
"Lalu apa maksud ucapanmu waktu malam itu?" sanggahku.
"Yan, itukan aku cuma bercanda! Kamu tahu kan aku ini normal jadi nggak mungkin donk kalau aku ini suka sama kamu" jawabnya.
"Oh jadi kamu kira aku ini barang tontonan yang bisanya dibuat bercanda-bercandaan aja!! Aku tahu kok ton kalau kamu itu normal, aku rasa cukup ampe disini aja yah. Makasih atas kebaikanmu selama ini sama aku" jawabku sambil berpaling pergi.
"Yan, bukan begitu makudku.. Yan.. Jangan pergi dulu donk" jawabnya.

Malam itu aku hanya bisa menangis meratapi nasib buruk yang menimpaku barusan, ternyata traumaku tidak hanya sampai disitu saja. Mulai saat itu aku mulai muak melihat Tony di kampus dan akibatnya ujian semester tahun ini aku tidak mengikutinya, rasanya aku ingin pindah saja dari kampus itu. Tapi bila aku pindah bagaimana aku menjelaskan pada orang tuaku? Apalagi mama dan papaku masih ada masalah dan rumah tangga mereka diambang perceraian. Aku tidak tahu harus bagaimana, disatu sisi aku harus memikirkan toni dan disisi lain keluargaku diambang kepunahan..

Tapi keadaan itu berangsur-angsur berubah ketika aku jadian dengan deni, seorang anak yang aku kenal lewat chatting. Awalnya sih kita ketemuan biasa, waktu ketemuan itu aku merasa ada sesuatu dari toni yang ada pada deni. Dan dengan waktu singkat kita langsung jadian, seperti orang pacaran-pacaran pada umumnya kita pun melakukan hal yang sama pergi ke mall, makan, jalan-jalan, pokoknya asyik-asyik aja deh bawaannya. Tapi dikeasyikanku itu ada sesuatu yang membuatku menyesal, aku menyesal karena tidak bertemu deni sejak awal.

Padahal aku sudah keburu minta cuti dari kampus(aku minta cuti dari kampus karena aku sudah males ketemua sama toni lagi)Alhasil selama satu semester kedepan aku cuma sendirian dirumah. Tapi deni setia menemaniku dirumah saat aku sendiri, maklum dia khan sudah kerja dikantor jadi hari sabtu libur. Jadi setiap hari sabtu deni selalu menemaniku dari pagi hingga malam malah kadang-kadang bila hujan dia menginap dirumahku.

Pada sabtu itu entah setan dari mana kami berdua melakukan oralsex dikamarku, itulah saat pertama kalinya aku merasakan enaknya sebuah sex. Maklum saja aku kan baru berumur 18 tahun dan selama aku gay aku belum pernah berhubungan badan alias masih virgin.

"Yang, kamu mau nggak megangin adikku?" tanyanya.
"Adik yang mana? Adikmu yang dibalik celana itu? Ihh jorok ahh" jawabku.
"Iya donk, memang adik yang mana lagi? Mau kan? Pasti asyik deh" desaknya.
"Gimana yah? Aku lom pernah sih, tapi kelihatannya asyik. Tapi aku ajarin yah" jawabku.
"Beres sayang" jawabnya.

Dan tanpa waktu lama pun kamu sudah melucuti pakaian kami, deni memang pintar bersex. Dia mulai dengan mencium bibir, leher, badanku hingga mengulum pentil dadaku sampai kontolku tegak berdiri dan disambut oleh kontolnya juga karena aku juga melakukan hal sama seperti yang dilakukan Deni.

"Uhh, sayang kita pake posisi 69 yuk" desah Deni.
"Ok, sayang" jawabku sambil mengambil posisi dengan Deni berada diatas.
"Uuhh.. Uhh enak sayang, trus.. Trus" desah kami.
"Uhh Deni kamu memang laki-laki tangguh, terus den.. Terus" desahku terus.

Dan seperti yang sudah aku perkirakan aku ternyata lebih dulu keluar daripada Deni. Crott.. Crott.. Keluarlah spermaku

"Terus sayang.. Isep buahnya.. Nah terus.. Terus.. Sambil kocok-kocok dikit sayang" desahnya lagi.
"Nah terus.. Terus ahh" katanya lagi.

Akhirnya sperma Denipun keluar.

"Makasih yah sayang, enak sekali.." katanya sambil mencium bibirku.

Itulah kali pertamanya aku melakukan sex oral dengan pacarku yang sudah kesekian kalinya, hari itu benar-benar membuatku bahagia dan aku bisa melupakan semua masalah-masalah yang aku hadapi. Tetapi sekali lagi pupus sudah harapanku karena ternyata Deni itu sudah bertunangan dengan seorang gadis dan dia suka sama aku hanya karena ingin mencoba-coba bersex dengan pria.

Hatiku hancur untuk kedua kali ditahun yang sama, pertama Tony sekarang Deni. Padahal aku berharap banyak pada Deni apalagi aku sudah telanjur janji sama mamaku bahwa pada semester depan aku akan masuk ke kampus kembali, padahal aku ingin sekali menunjukan pada Tony tanpa dirinya pun aku bisa mendapatkan sebuah pacar. Tapi harapanku itupun pupus sudah..

Aku merasa bingung kenapa setiap aku mengingat kampus yang akan aku masuki lagi semester depan aku selalu teringat Tony, terlebih lagi setelah aku diberitahu oleh temannya Tony bahwa selama aku cuti Tony tidak mencari pacar dan selalu menanyakan keadaanku. Aku bingung sekali sampai sekarang, mungkin bila ada Deni sekarang dan Deni tidak bertunangan mungkin aku bisa menutupi kenangan Tony dengan kenanganmu Deni. Tapi semuanya tak mungkin sekarang ini, kamu telah pergi bersama tunanganmu itu. Aku bingung sekali harus bersikap bagaimana?? Bagaimana nanti bila aku masuk ke kampus dan melihat toni? Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menjauhinya, mendekatinya lagi atau apa??

Tamat