Proyek biologi

Entah dalam rangka apa, sekolahku mewajibkan kami untuk membuat karya ilmiah. Kabarnya, semua karya ilmiah itu akan dikompetisikan di tingkat SMU nasional se-Indonesia. Terus terang, saya amat tak menyukai tugas konyol itu sebab membuat penelitian dan laporan sangat memakan waktu, sedangkan setiap hari saja saya sudah terlalu sibuk dengan setumpuk PR and ulangan sialan. Tapi kabar baiknya, tugas karya ilmiah itu dapat dikerjakan berdua. Belum sempat saya memikirkan siapa yang dapat menolongku, tiba-tiba Eddy Jusuf menghampiriku.

Eddy dan saya berteman baik sekali, dan kami pun bersaing secara sehat dalam nilai-nilai pelajaran. Hal terakhir yang saya inginkan adalah bersaing dengannya dalam karya ilmiah. Tapi kebetulan sekali, dia yang meminta terlebih dahulu agar saya mau bergabbung dengannya. Tentu saja kuiyakan. Tak ada yang istimewa dengan Eddy. Tubuhnya proposional, tidak gemuk dan tidak kurus. Sikapnya yang selalu tampil rapi dan agak-agak centil membuatku berpikir tentang seksualitasnya. 'Jangan-jangan si Eddy homo juga, kayak gue,' pikirku.

Singkat kata, kami berada di rumahnya. Ternyata Eddy itu anak orang kaya. Memang rumahnya tak sebesar istana presiden, tapi cukup megah untuk ukuranku. Dia langsung mengajakku masuk ke dalam kamarnya. Kebetulan sekali, rumahnya kosong untuk beberapa hari berhubung orangtuanya harus mengurus bisnis di Australia. Kami telah memutuskan untuk membuat karya ilmiah biologi sebab mata pelajaran itulah yang paling memerlukan penelitian. Tapi apa yang akan kami teliti?

"Aku tahu," jawabku. "Bagaimana kalau tentang reproduksi? Pas banget 'kan ama pelajaran kita minggu ini?"
"Boleh juga. Tapi bagian apa dari reproduksi yang akan kita teliti?" tanya Eddy, sibuk membongkar buku teks biologi P&K yang tebal dan besar itu.
"Bagaimana kalau perkembangan sperma? Gampang 'kan? Apalagi kita berdua cowok. Jadi kita punya segalon persediaan sperma untuk kita teliti," kataku, cuek.
"Sperma? Kita? Endy, loe yakin kita bakal meneliti sperma kita sendiri?"
"Jadi maumu apa? Meneliti vagina? Dari mana kita dapat cewek yang mau vaginanya kita teliti? Jangan menyusahkan diri sendiri, donk. Pilih jalan yang praktis. Jadi, kita sebaiknya meneliti sperma saja." Eddy masih terlihat enggan.
"Ayolah, enggak susah malu. Kita 'kan sama-sama cowok. Apa sih yang mesti dimaluin?" Dia masih saja diam.
"OK, deh. Gimana kalau gue duluan?"

Akhirnya Eddy bereaksi."Loe duluan?" Alis matanya agak sedikit terangkat.
"Iya, habis loe keliatan ogah gitu. Daripada proyek kita keteter, bendingan gue yang berinisiatif duluan," jawabku.

Kali ini, Eddy mulai terlihat tenang. Mungkin karena bukan dia yang harus diteliti. Saya sendiri sama sekali tidak malu. Menurutku, proyek ini adalah kesempatan emasku untuk menembak Eddy. Kuakui, saya sudah jatuh cinta padanya. Tapi saya harus tahu apakah dia itu gay juga atau tidak. Paling tidak, saya harus mencoba menggodanya dulu.

"Punya mikroskop enggak?"

Singkat kata, kami berdua kini duduk di meja belajar Eddy, dengan sebuah mikroskop, lengkap dengan kaca preparat-nya. Sekarang tinggal mengeluarkan spermaku saja. Dengan santai, saya melepaskan kancing seragamku satu-persatu. Melihatku sibuk menelanjangi bagian atas tubuhku, Eddy hanya menatapku dengan pandangan aneh.

"Apa yang sedang loe kerjain, En?"
"Dengerin. Gue enggak bisa terangsang kalau gue enggak bugil. Soalnya gue selalu bugil pas coli," jawabku, melemparkan kemejaku ke atas ranjangnya. Kebetulan letak ranjangnya dekat sekali dengan letak meja belajarnya. Dari sudut mataku, saya melihat Eddy mengintip dada telanjangku.

"Ya, tapi gue kira loe bakal coli di kamar mandi," kata Eddy, mulai terlihat tidak nyaman.
"Kenapa mesti di kamar mandi? Gue enggak malu kalau mesti bugil di depan loe. Lagian, akan lebih baik jika begitu gue 'keluar', sperma gue bisa langsung loe teliti pake mikroskop," kilahku.

Dan kali ini Eddy tak dapat berkata apa-apa lagi. Sambil berdiri, saya mulai melucuti celana abu-abuku beserta celana dalamku. Kontolku yang dari tadi ngaceng langsung memperlihatkan dirinya dengan bangga. Kulihat Eddy berusaha untuk tak menatap kontolku. 'Dasar munafik, ' pikirku. Tanpa malu, saya berdiri di hadapannya tanpa sehelai benang pun. Kontolku yang sudah mulai meneteskan precum segera kukocok. Untuk menambah intensitas, tak lupa saya mendesah-desah.

".. Aaahh.. Uuuhh.. Hhhohh.. Aaahh.."

Sengaja kupejamkan mataku, agar bisa lebih menghayati. Sementara itu Eddy terus berusaha mengintipku dari sudut matanya. Meskipun dia tak ingin mengakuinya, sebuah tonjolan besar mulai terbentuk di celananya. Eddy terangsang! Ketika kubuka mataku, Eddy masih saja munafik; berpura-pura tak ingin melihat padahal ingin melihat. Putingku mulai berdiri. Langsung saja kupelintir.

".. AARRGGHH.."

Tak ayal lagi, tubuhku sedikit berguncang akibat nikmatnya memainkan putingku. Eranganku itu berhasil menarik perhatian Eddy. Kini, bersusah payah untuk berlagak cool, dia memandangiku. Terlihat jelas nafsu bergelora di dalam matanya yang indah itu.

"Eddy, ikutan bugil juga, donk. Kita butuh paling sedikit 2 cowok untuk diteliti spermanya. Loe mesti ikut, ayo," desakku, tetap memasturbasi kontolku.

Entah kenapa, Eddy mendadak menurut saja. Malu-malu, dia berusaha membelakangiku ketika akan melucuti seragamnya. Punggungnya yang telanjang nampak indah sekali, ingin sekali kupeluk. Tapi saya tetap menahan diri, menunggu saat yang tepat. Kubalikkan tubuhnya, dan Eddy buru-buru menutupi kontolnya. Tapi sungguh tak disangka, panjang kontolnya melebihi perkiraanku. Bahkan, karena terlalu panjang, tangannya tak sanggup menutupi kemaluannya itu. Kepala kontolnya tetap menyembul keluar, memberi salam padaku. Badannya memang tidak kekar, biasa-biasa saja. Tapi dadanya sudah berbentuk, paling tidak bisa kuremas-remas. Dengan gemas, kusingkirkan kedua tangannya.

"Loe enggak usah malu-malu kucing gitu, Eddy. Gue aja enggak malu nunjukkin kontol gue. Masa loe malu? Lagian kontol loe 'kan panjang sekali. Hebat! Aduh, gue yang jadi malu, nih," candaku.

Dibujuk begitu, Eddy pun tak malu lagi. Sulit sekali untuk tak menyentuh kontolnya dan menghisapnya.

"Ed, gimana kalau kita saling coli'in kontol? Pasti cepet keluar."

Tanpa menunggu jawabannya, kontolnya langsung kegenggam erat-erat. Dan mulai mengocoknya naik-turun. Eddy mendesah keenakkan, menikmati sekali. Mulai menunjukkan warna aslinya sebagai homoseksual, Eddy pun meraih kontolku. Meski nampak masih sedikit malu-malu, Eddy mulai mengocok kontolku.

".. Ssshh.. Ssshh.." desisku, kocokannya enak sekali.

Sesaat kemudian, kami berdua benar-benar telah dikuasai nafsu birahi homoseksual. Saling berpelukkan, kami menciumi tubuh masing-masing. Kocokan kontol tak pernah kami hentikan, malah semakin dipercepat. Tiba-tiba saya merasakan kontolku ingin muncrat. Berpegangan pada bahunya, saya berbisik.

".. Hhhoh.. Ed, gue mau.. Hoohh.. Ngecret.. Ooohh.."

Dan keluarlah pejuhku. CCRROOTT!! CRROOTT!! CCRROOTT

"UUGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! UUGGHH..!!" erangku, tubuhku kelojotan seperti tersetrum.

Pejuhku terpompa mmebasahi badan Eddy dan juga tangannya. Belum sempat saya menarik napas, mendadak Eddy mulai menunjukkan gejala yang sama. Badannya mulai bergetar dan erangan-erangan nikmat mulai terdengar keras. Eddy Jusuf-ku akan ejakulasi!

"AARRGGHH..!!" teriaknya, dan langsung diikuti oleh CCRROOTT!! CCROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhnya tersembur ke badanku. Rasanya panas seperti tersembur air panas, tapi terasa erotis sekali.
".. OOHH!! UUGGHH!! AAHH!! UUGGHH!!" erangnya saat orgasme mengguncang-guncang tubuhnya.

Kontolnya tetap kukocok sampai tak ada lagi pejuh yang keluar. Napas kami memburu-buru, dan dada kami bergerak naik-turun. Untuk beberapa saat, kami berdiri mematung di sana, saling bertatapan.

Pelan-pelan kucium bibirnya yang ranum itu. Mulanya hanya kugesekkan saja, tapi kemudian saya memberanikan diri untuk memagut bibir bawahnya. Eddy sama sekali tidak protes! Bahkan dia membalasku. Kami berdua seperti ular kobra yang saling menyerang. Tak kusangka akhirnya cintaku akan terbalas. Sambil terus berciuman, tangan kami meraba-raba turun. Berhubung tubuh kami saling berdempetan, sperma kami telah bercampur dan menyatu. Dengan erotis, kami saling mengusap-ngusap tubuh, memakai sperma kami sebagai lotion. Aahh.. Meskipun ketika baru ditembakkan, sperma kami terasa panas. Tapi sesudahnya, terasa adem.

".. Ooohh Eddy, I love you. Gue suka banget ama loe," ucapku di sela-sela ciuman kami.
"Gue juga, En. Gue suka loe," balasnya singkat.
"Dan gue mau berhubungan badan dengan loe," sambungnya.

Saya benar-benar terkejut mendengarnya. Bukannya saya tak mengharapkannya, tapi saya tak pernah menyangka bahwa Eddy yang alim bisa mengajukan tawaran seks. Tanpa menunggu jawabanku, tiba-tiba dia membalikkan tubuhku. Saya yang masih kebingungan, hanya menurut saja. Kedua tangannya yang berlumuran sperma sibuk meraba-raba punggungku. Terasa sekali kepala kontolnya bergelantungan di bawah biji pelerku.

"En, gue mau nusuk loe. Loe mau 'kan?" Astaga, Eddy-ku sudah dewasa.

Tentu saja saya mengiyakannya. Ini yang kutunggu-tunggu dari dulu. Apalagi melihat ukuran kontol Eddy yang terbilang fantastik itu. Panjangnya hampir mencapai 25 cm! Kontol yang berlumuran sperma itupun segera ditusuk-tusukkan ke dalam anusku.

"AARRGGHH..!!" teriakku saat kepala kontolnya menembus masuk.

Rasanya seperti ditusuk tombak! Begitu kontolnya amblas masuk, Eddy terus mendorongnya sampai mentok.

"Aaahh.." desahku, merasa penuh sekali.

Lalu Eddy menarik kontolnya keluar, semuanya. Kontan perutku terasa kosong lagi. Lalu, Eddy kembali menusukkan kontolnya, sampai mentok.

"AARRGHH!!" erangku, masih saja terasa sakit.

Selama beberapa menit, dia ngentotin pantatku dengan gaya tusuk-keluar seperti itu. Menurut pengakuannya, dia melihat adegan seks semacam itu di film bokep homoseks. Ternyata Eddy-ku tak sealim yang kuduga ;) Badanku terpaksa sedikit kucondongkan ke depan agar pantatku bisa lebih terekspos. Gaya ngentot seperti itu hanya memuaskan si tukang ngentot saja karena kepala kontolnya mendapat rangsangan penuh. Sementara orang yang dingentot, tidak mendapat kepuasan penuh lantaran kontolnya selalu ditarik keluar.

"AARRGGH!!" erangku lagi saat kontolnya menghujam masuk untuk yang kesekian kalinya.
"Ed.. Ooohh.. Tolong ngentotin gue.. Uuugghh.. Tolong donk.. Uuugghh.. Gue butuh banget nih.."

Eddy memang anak yang baik. Dia akhirnya memutuskn untuk mengganti gaya ngentotnya. Tubuhku ditarik mendekat ke tubuhnya, kontolnya masih tertanam dalam pantatku. Kehangatan dadanya menyebar ke punggungku. Bahkan saya dapat merasakan detak jantungnya yang cepat. Kami pun berciuman sejenak lalu Eddy mulai memompa pinggulnya maju-mundur. Kontolnya ikut bergerak maju-mundur, memompa pantatku yang lapar akan kontol cowok. Rasa sakit mulai menyebar ke seluruh tubuhku, tapi saya berusaha menahannya.

Lagipula, saya memang amat mengharapkan keberadaan kontol Eddy di dalam tubuhku. Secara ajaib, setelah beberapa menit, rasa sakit itu memudar, tertutupi dengan rasa nikmat. Tiap kali kontolnya bergesekkan dengan dinding anusku, badanku bergetar, dikuasai kenikmatan. Aaahh.. Eddy memang pengentot yang baik! Jika ada lomba ngentot, pasti Eddy-ku yang akan menang! Saya tahu kapan saja Eddy akan muncrat, apalagi kelihatannya dia mulai gelisah. Tak mau ketinggal ngecret, saya menggenggam kontolku sendiri dan mulai mengocoknya. Kukocok lagi, lagi, dan lagi. Kontolku berdenyut-denyut penuh gairah, terlihat seksi sekali. Precum terus mengalir keluar akibat birahi yang memenuhi pikiranku.

Dan klimaks itu pun terjadi! Eddy mulai mengerang-erang seperti orang kesakitan dan lalu..
CCRCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
Spermanya tumpah ruah di dalam anusku. Rasa hangat menyebar ke seluruh tubuhku, nikmat sekali.

"AARGGH!!," erangnya,
".. UUGGHH!! AARRGGHH!! OOHH!! AAHH!!"

Eddy tak sedikit pun mengurangi tenaga ngentotnya. Bunyi 'kecipak-kecipok' terdengar jelas sekali. CCROOTT!! CCROOT!! Eddy masih tetap menyemburkan spermanya sampai pada titik penghabisan.

".. Aaahh" desahnya, penuh kenikmatan.

Kini giliranku. Tubuhku mulai kelojotan, pertanda orgasme akan datang.

".. Hhhoohh.. Ed, gue bakal keluar.. Ooohh.. Hhhoosshh.. AaaAARRGGHH..!!" Dan

CCRROTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Spermaku menyembur ke depan dan jatuh melumuri lantai kamar Eddy yang bersh mengkilap. Tembakan demi tembakan sperma kukeluarkan.

".. OOHH!! AAHH!! UUGGHH!! AAHH!!"

Nikmat sekali! Kuremas-remas kontolku sampai tak ada lagi yang tersisa. Lemas, kusandarkan tubuhku pada Eddy-ku yang tersayang. Eddy membelai-belai dadaku dari belakang sambil menciumiku.

"Endy, sayang?" katanya lembut."Kamu masih punya banyak persediaan sperma, 'kan?"
"Memangnya kenapa?" tanyaku penasaran.
"Sebab kita berdua masih akan terus ngentot. Saya hanya mau memastikan apakah kita berua masih akan mempunyai persediaan sperma yang cukup untuk kita teliti."
"Tenang saja. Spermaku banyak sekali. Dan semuanya untukmu, sayang," jawabku, mencium bibirnya.

Dan Eddy pun menyambut. Bagaikan sepsang keksaih, kami saling berpelukkan dan berciuman. Oh indahnya cinta sejenis..

*****

EPILOG: Meskipun waktu kami lebih banyak terkuras untuk ngentot, kami tetap menyelesaikan proyek biologi kami tepat waktu. Kami menamakannya "Perjalanan Hidup Sperma Seorang Homoseksual". Semua kami jelskan secara rinci, mulai dari terbentuknya sperma di dalam bola peler, sampai tersemburnya sperma masuk ke dalam anus pria homoseksual. Proyek kami menarik perhatian banyak orang, dan bahkan memenangkan hadiah pertama. Sebagai juara I, kami diundang untuk memperagakan penelitian kami. Kami pun ngentot di hadapan orang banyak! Penasaran? Mungkin akan kuceritakan nanti:) Ingat, kocok terus kontol kalian!!

Tamat